Senin, 26 Oktober 2015

Radar Tasik 6 Sept 2015






WASPADA PADA KELAINAN REFRAKSI
Oleh: Irmansyah, MM.Kes



Kasus kelainan refraksi ini tidak bisa dianggap sepele. Survei morbiditas ( angka perbandingan orang yang sakit ) yang pernah dilakukan Kementrian Kesehatan menunjukkan, kelainan refraksi termasuk gangguan yang paling menonjol dan termasuk dalam deretan penyakit yang terbanyak di Indonesia. Demikian juga di kalangan anak-anak berdasarkan hasil suatu survei memberikan hasil 11,67% murid SD menderita kelainan refraksi. Di Kota Tasikmalaya sendiri belum ada angka yang pasti prevalensi kelainan refraksi pada murid SD. Penulis sendiri pernah melakukan pemeriksaan dini di beberapa Sekolah Dasar di Kota Tasikmalaya(th 2007), dari 500 anak yang diperiksa  hasilnya lebih dari 20% anak mengalami gangguan refraksi yang perlu ditangani lebih lanjut (red dirujuk ke dokter spesilais mata).
Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan cahaya sehingga bayangan tidak fokus tepat di retina mata yang mengakibatkan penglihatan menjadi kabur. Pada kondisi normal, saat mata beristirahat bayangan dapat fokus tepat di retina sehingga penglihatan tajam dan jelas.
Ada berapa macam kelainan refraksi dan bagaimana mengatasinya?
  1. Miopia/Rabun Jauh
    Keadaan dimana bayangan sinar jatuh di depan retina. Ditandai dengan kabur melihat jauh, jelas melihat dekat. Ditolong dengan kacamata minus.
  2. Hipermetropia/Rabun Dekat
    Keadaan dimanan bayangan sinar jatuh di belakang retina. Ditandai dengan kabur melihat dekat dan jauh, cepat lelah kalau membaca dekat. Ditolong dengan kacamata plus.
  3. Astigmatisma
    Keadaan dimana bayangan sinar jatuh pada titik yang berbeda di retina. Ditandai garis lurus tampak bengkok, tulisan menjadi dobel dan berbayang. Ditolong dengan kacamata silinder.
  4. Presbiopia
    Berkurangnya kemampuan melihat dekat yang berhubungan dengan proses penuaan, biasanya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Ditandai dengan kesukaran membaca dan melakukan pekerjaan dekat, seperti memasukkan benang ke dalam jarum. Ditolong dengan kacamata plus.
Kapan kelainan refraksi harus segera diperiksa?
Bila muncuk tanda gangguan penglihatan, seperti kabur saat melihat jauh dan atau dekat, penglihatan berbayang, serta gejala penyerta berupa mata letih, kelopak mata dan dahi terasa berat, sering berkedip, dan sakit kepala.
Bagaimana cara mengatasi kelainan refraksi?
Kelainan refraksi dapat diatasi dengan menggunakan kacamata, lensa kontak atau LASIK.
Apakah kelainan refraksi ini bisa sembuh?
Memiliki kelainan refraksi bukan berarti mata kita sedang sakit. Memiliki kelainan refraksi berarti mata kita membutuhkan alat bantu agar dapat melihat dengan jelas.
Apakah menggunakan kacamata akan menyebabkan ketergantungan?
Tidak. Namun, dengan menggunakan kacamata kita akan dapat melihat lebih jelas sehingga kita menjadi lebih nyaman.
Bagaimana jika kacamata tidak dipakai atau ditunda pemberiannya?
Akan muncul kelelahan mata dan sering mengeluh pusing atau sakit kepala. Akibatnya produktifitas kerja dapat menurun. Khusus pada anak-anak, penundaan pemberian kacamata dapat menimbulkan mata malas.
Apakah kacamata dapat menghambat, mengurangi atau menghilangkan minus/plus?
Tidak. Kacamata hanya alat bantu supaya dapat melihat jauh atau dekat dengan jelas. Kelainan refraksi dapat berubah-ubah terutama saat masih dalam usia pertumbuhan dan relatif stabil saat usia telah mencapai lebih dari 18 – 20 tahun. Jika minus/plusnya berubah, maka kacamata juga harus diganti dengan ukuran yang sesuai.
Kenapa ukuran kacamata dapat berubah-ubah?
Pada masa pertumbuhan, ukuran bola mata juga bertambah panjang. Dengan bertambah panjangnya bola mata, kelainan minus biasanya bertambah karena retina semakin jauh meninggalkan titik fokus yang ada di depannya. Kelainan plus dapat berkurang sampai hilang atau menjadi minus karena retina semakin mendekati titik fokus yang berada di belakangnya.
Kapan pemakai kacamata harus kontrol?
Bila si kecil sudah berkacamata, yang paling penting dilakukan ialah rutin memeriksakan kondisi matanya ke dokter mata dan hindari hal-hal yang dapat memperparah kelainan refraksinya.
Ajari anak untuk membaca atau menulis dengan jarak minimal 30 cm, menggunakan cahaya cukup terang, dan membatasi melihat atau bermain videogame. Juga melatihnya untuk tiap setengah jam pada saat membaca atau melihat dekat, mata dipejamkan sebentar atau digunakan untuk melihat benda jauh.
Anak juga harus diajari memakai kacamata terus-menerus, jangan sebentar-sebentar dilepas. ( Call Center Klinik Mata Puspa Seruni 0265-7292600 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar