Kamis, 10 November 2016

STRABISMUS



Strabismus atau Mata Juling pada Anak
Related image
Strabismus adalah kondisi dimana kedua mata tidak tertuju pada satu obyek yang menjadi pusat perhatian. Satu mata bisa terfokus pada satu obyek sedangkan mata yang lain dapat bergulir ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah.
Keadaan ini bisa menetap (selalu tampak) atau dapat pula hilang timbul. Mata yang tampak juling dapat terlihat lurus dan yang tadinya tampak lurus dapat terlihat juling.
Juling dapat mengenai pria dan wanita. Juling dapat diturunkan pada keturunannya. Namun walau tidak ada riwayat keluarga juling, hal ini dapat saja terjadi.
Penyebab juling yang pasti belum seluruhnya diketahui. Enam otot mata, yang mengontrol pergerakan bola mata, melekat pada bagian luar masing-masing mata. Pada setiap mata, dua otot menggerakkan ke kanan dan ke kiri. Empat otot lainnya menggerakkan ke atas, ke bawah, dam memutar.
Agar kedua mata lurus dan dapat berfokus pada satu obyek yang menjadi pusat perhatian, semua otot pada setiap mata harus seimbang dan bekerja secara bersama-sama. Agar kedua mata bergerak bersama-sama, semua otot-otot pada kedua mata harus terkoordinasi dengan baik. Otot-otot mata ini dikontrol oleh otak.
Strabismus lazim ditemukan pada anak-anak dengan kelainan pada otak, seperti:
  • Cerebral palsy
  • Down syndrome
  • Hydrocephalus
  • Tumor otak
  • Anak yang lahir prematur
Katarak atau trauma yang mengenai penglihatan juga dapat menyebabkan strabismus. Namun sangat banyak anak dengan strabismus tidak didapatkan kelainan-kelainan tersebut. Juga ditemukan riwayat keluarga dengan strabismus.

Gejala Strabismus
Gejala  strabismus adalah mata yang tidak lurus. Artinya bila satu mata terfokus pada satu obyek, mata yang lain tertuju pada obyek yang lain. Kadang-kadang anak dengan strabismus akan memicingkan satu mata disaat matahari terik atau memiringkan leher untuk menggunakan kedua matanya secara bersama-sama.
Cara Diagnosis Strabismus
Strabismus dapat didiagnosa melalui pemeriksaan mata. Dianjurkan agar semua anak dengan usia antara 3-3,5 tahun memeriksakan penglihatannya pada dokter spesialis mata.
Bila ada anak yang gagal dalam tes pemeriksaan tajam penglihatan, akan dirujuk ke dokter spesialis mata untuk pemeriksaan yang lebih lengkap. Bila terdapat riwayat keluarga strabismus atau ambliopia, atau riwayat keluarga menggunakan kacamata tebal, seorang spesialis mata akan melakukan pemeriksaan penglihatan walaupun usianya kurang dari 3 tahun. Bila memang anak terlihat jelas juling sejak usia kurang dari 6 bulan, harus dilakukan pemeriksaan sedini mungkin.
Penanganan  Strabismus
Setelah pemeriksaan mata lengkap, dokter spesialis mata dapat merekomendasikan terapi  yang sesuai. Pada beberapa kasus, pemberian kacamata dapat meluruskan kedudukan bola mata. Terapi lain berupa tindakan operasi untuk menyeimbangkan otot yang tidak seimbang atau operasi katarak bila terdapat katarak. Sering diperlukan tindakan menutup sebelah mata yang dominan untuk mengatasi ambliopia.
KACA MATA
Image result for strabismus
Jika strabismus disebabkan oleh kesalahan pembiasan cahaya, menggunakan kaca mata untuk menormalkan penglihatan dapat meluruskan mata sepenuhnya atau, paling tidak, bisa memperbaiki posisi mata.
PENUTUP MATA
Image result for strabismus
Jika seorang anak menderita strabismus dengan ambliopia, dia dapat dipaksa untuk menggunakan (untuk memperkuat) mata yang lemah dengan cara menutup mata yang normal dengan penutup mata. Penggunaan penutup mata harus dilakukan sedini mungkin dan diteruskan sesuai anjuran dokter. Sesudah berusia 8 tahun biasanya dianggap terlambat karena penglihatan yang terbaik berkembang sebelum usia 8 tahun. Anak akan memerlukan kunjungan ke dokter spesialis mata secara berkala untuk mengetahui apakah penglihatan binokularnya sudah terbentuk seutuhnya. Penutup mata tidak meluruskan mata secara kosmetik.
OPERASI STRABISMUS
Image result for strabismusImage result for strabismus
Dokter spesialis mata akan membuat sayatan pada selaput putih mata untuk dapat mencapai otot penggerak bola mata. Otot mata kemudian dilepaskan dari perlekatannya dan dipindahkan perlekatannya pada tempat yang diinginkan sesuai dengan arah deviasi bola mata. Atau dapat pula otot dipotong sedikit sesuai kebutuhan kemudian dilekatkan lagi pada tempat perlekatan semula.
Operasi strabismus dapat dilakukan pada satu atau kedua mata sekaligus tergantung jenis dan besarnya juling. Operasi strabismus umumnya dilakukan dengan bius umum, terutama pada anak-anak.
Waktu pemulihan cepat. Anak biasanya dapat kembali pada aktivitas normal dalam beberapa hari. Setelah pembedahan, kacamata mungkin masih diperlukan. Pada beberapa kasus, pembedahan lebih dari satu kali mungkin diperlukan untuk menjaga mata tetap lurus.
Kutipan dari:
dr. Rozalina Loebis, SpM
Mata juling, kero.. demikian masyarakat umum menyebutnya. Strabismus adalah keadaan di mana garis pandang kedua bolamata tidak dapat searah tertuju ke satu titik obyek. Jadi, jika garis pandang salah satu mata dapat tepat ke satu titik obyek, garis pandang mata yang satunya lagi meleset dari titik obyek. Padahal, untuk mendapatkan kedalaman persepsi (mudahnya: efek 3 dimensi) yang sempurna atas suatu benda yang dilihat, dibutuhkan gabungan informasi dari penglihatan mata kanan dan mata kiri. Kedua informasi tersebut akan difusikan diotak hingga diperoleh kesan 3 dimensi dari obyek tersebut.
penglihatan dengan dua mata
Jika salah satu mata gagal memberikan informasi yang benar, maka kedalaman persepsi penglihatan akan menjadi tidak sempurna. Selain itu, strabismus juga dapat mengakibatkan gejala diplopia (melihat obyek jadi nampak ganda atau berbayang) dan menimbulkan keluhan pusing. Ini biasanya terjadi pada orang dewasa, di mana mata sudah tidak mampu beradaptasi dan mengabaikan ketidak samaan informasi yang diterima dari mata kanan dan kiri. Pada anak - anak yang menderita strabismus, otak akan mengabaikan ketidak seragaman informasi tersebut, dan memproses informasi dari salah satu mata yang masih baik. Ini membuat mereka tidak memiliki kedalaman persepsi penglihatan yang bagus, tapi tidak ada keluhan pandangannya nampak dobel/berbayang maupun pusing.
Penyebab
Penyebab juling yang pasti belum seluruhnya diketahui. Pada umumnya, strabismus disebabkan oleh ketidak seimbangan kerja otot - otot yang memegang dan menggerakkan bolamata. Bolamata kita, dipegang dan digerakkan oleh 6 otot. 2 otot untuk menggerakan dalam arah horisontal, 2 otot untuk vertikal, dan 2 otot lagi untuk memutar. Pada saat mata melihat ke satu titik obyek, diperlukan keserempakan kerja keenam otot tersebut agar kedua bolamata dapat mengarah ke satu titik.
Pada dasarnya, dikenal 2 jenis strabismus, yaitu strabismus laten (tersembunyi) dan strabismus manifes (nyata, tampak). Strabismus laten, sesuai dengan penyebutannya, deviasi/penyimpangan sumbu penglihatannya tidak akan terlihat begitu saja oleh orang lain. Sedangkan strabismus manifes, dapat ditengarai dengan tidak seragamnya posisi lingkaran hitam di kedua bolamata.
mata juling
Strabismus laten dapat diketahui dengan satu pemeriksaan sederhana, yang disebut dengan cover test. Caranya, pemeriksa dan yang diperiksa saling berhadapan sejarak jangkauan tangan. Atur posisi agar yang diperiksa masih dapat melihat jauh kedepan melewati samping kepala pemeriksa. Jadi, posisi pemeriksa berada agak di sebelah kanan (atau kiri) yang diperiksa. Lalu, yang diperiksa diminta untuk melihat lurus jauh di belakang pemeriksa, sementara pemeriksa menutup sebelah mata yang diperiksa (mata yang paling dekat dengan pemeriksa) dengan telapak tangannya (tidak perlu sampai menempel di wajah yang diperiksa). Kemudian buka secara tiba - tiba dan perhatikan mata yang baru saja ditutup tersebut dengan seksama. Bila nampak ada gerakan bolamata yang bergulir ke arah horisontal atau vertikal, berarti yang diperiksa tersebut menderita strabismus laten.
Penanganan
Kasus strabismus dapat ditolong dengan pemberian kacamata berlensa prisma. Selain itu juga dapat ditangani dengan tindakan operasi untuk memperbaiki keseimbangan otot pemegang bolamata. Pada beberapa kasus, bisa diperlukan tindakan penutupan sebelah mata (sementara) untuk mencegah terjadinya ambliopia.

PROSES TERJADINYA AMBLIOPIA



Proses penglihatan mengalami perkembangan dimulai sejak bayi lahir. Terdapat beberapa
periode kritis untuk mencapai tingkat yang matang. Periode kritis pertama yang paling
menentukan ialah 6 bulan pertama kehidupan, kemudian sampai 2 tahun, berikutnya sampai 5
tahun. Sesudah 5 tahun masih ada perkembangan, tetapi sudah tidak begitu pesat lagi sampai usia 9 tahun. Selama masa ini sistem penglihatan peka terhadap faktor ambliopiogenik yaitu deprivasi
cahaya, kurang fokusnya alat optic dan strabismus. Hal ini dapat menyebabkan penurunan
ketajaman secara perlahan yang pada akhirnya menetap.

Sistem penglihatan saat lahir belum sempurna dengan tajam penglihatan 1 per tak
terhingga. Perkembangan tajam penglihatan berlangsung selama bulan pertama dalam
kehidupan. Retina, nervus optikus dan korteks visual mulai berkembang pada umur 1 minggu.
Mielinisasi saraf optic, perkembangan korteks visual dan pertumbuhan badan genikulatum lateral
berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan. Fovea yang merupakan bagian dari retina
yang paling sensitive, perkembangan sempurna pada umur 4 tahun. Rangsangan penglihatan
penting untuk perkembangan penglihatan normal. Perkembangan jaras penglihatan di system
saraf pusat membutuhkan otak yang menerima banyangan dengan jelas dan seimbang. Berbagai proses yang mempengaruhi atau menghambat perkembangan jarak penglihatan pada otak dapat menimbulkan ambliopia.
Amblyopia, dikenal juga dengan istilah "mata malas" (lazy eye), adalah masalah dalam
penglihatan yang memang hanya tentang 2 - 3% populasi, tapi bila dibiar – biarkan akan sangat merugikan nantinya untuk kehidupan si penderita. Amblyopia tidak dapat sembuh dengan sendirinya, dan amblyopia yang tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata yang baik itu timbul suatu penyakit atau trauma, maka penderita akan tergantung pada penglihatan buruk mata yang amblyopia, oleh karena itu amblyopia harus ditatalaksana segera.

Hampir seluruh amblyopia itu dapat dicegah dan bersifat reversibel dengan deteksi dini
dan intervensi yang tepat. Anak dengan amblyopia atau yang beresiko amblyopia hendaknya
dapat diidentifikasi pada usia dini, dimana prognosis keberhasilan terapi akan lebih baik
Amblyopia adalah penurunan ketajaman penglihatan, meskipun sudah diberi koreksi
yang terbaik, dapat unilateral atau bilateral (jarang) yang tidak dapat dihubungkan langsung
dengan kelainan struktural mata maupun jaras penglihatan posterior.
Angka prevalensi ambliopia di Amerika berkisar antara 1%- 3%. Diperkirakan sekitar 5,9
juta orang dengan ambliopia hidup di Amerika. Angka kejadian ambliopia lebih tinggi di negara
berkembang. The National Eye Instiute telah melaporkan bahwa ambliopia merupakan penyebab
terbanyak terjadinya kehilangan penglihatan unilateral pada pasien usia di bawah 7 tahun.
Prevalensi ambliopia tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Berdasarkan penelitian
terhadap 3.654 orang usia 49 tahun ke atas di Sydney, Australia, didapatkan diagnosis ambliopia
sebanyak 3,2%, dengan ketajaman penglihatan 20/40 atau kurang, dan 2,9 % dengan ketajaman
penglihatan 20/30.
2
Usia rata-rata kejadian ambliopia bervariasi tergantung pada penyebabnya. Pada 961
anak-anak dengan ambliopia, usia rata-rata munculnya anisometropik 5,6 tahun, strabismus 3,3
tahun, dan campuran 4,4 tahun. Batas usia teratas berkembangnya ambliopia pada anak yang
mengalami ambliopia dengan kondisi tertentu (seperti katarak traumatik) telah dilaporkan berada
pada usia antara 6 sampai 10 tahun.
Individu dengan ambliopia memiliki risiko tinggi untuk
penurunan penglihatan dan kebutaan. Penelitian terhadap 370 orang yang mengalami ambliopia
unilateral menderita kebutaan 1,2%.
2
Prevalensi ambliopia sebagai penyebab cacat penglihatan kira-kira sebesar 0,023%,
sehingga kira-kira 1,2 % (0,023% / 2 %) orang dengan ambliopia < 0,3 % akhirnya akan berakhir
dengan cacat penglihatan. Ambliopia bilateral ditemukan sebanyak 6,7 % yang seharusnya dapat
dicegah dengan deteksi dan terapi yang dini
http://reader13.docslide.net/store13/html5/362015/557211fa497959fc0b8fd283/bg5.png
Ambliopia dipercaya terjadi karena kurangnya rangsangan untuk meningkatkan
perkembangan penglihatan. Penyebab-penyebab ekstraneural seperti katarak, astigmatisme,
strabismus, atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, merupakan pemicu yang dapat
mengakibatkan penurunan fungsi visual pada orang yang sensitif. Derajat ringan beratnya
ambliopia ditentukan oleh lamanya penderita mengalami kurangnya rangsang untuk penglihatan
makula. Ambliopia yang ditemukan pada usia dibawah 6 tahun masih dapat dilakukan latihan
untuk perbaikan fungsi penglihatan. Oleh karena itu, sangat penting pemeriksaan kesehatan mata
anak sejak dini
Pada patofisiologi ambliopia, terdapat dua mekanisme penyebab yaitu nirpakai dan
supresi. Ambliopia nirpakai terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual retino-kortikal pada saat masa kritis perkembangan penglihatan, yaitu sebelum usia 9 tahun.

Ambliopia supresi terjadi pada tingkat kortikal dimana terdapat skotoma absolut pada penglihatan binokular untuk
mencegah diplopia pada mata yang juling, atau hambatan binokular pada bayangan retina yang
tidak jelas. Supresi tidak berhubungan dengan masa perkembangan penglihatan.
1
Pada amblyopia terdapat kerusakan penglihatan sentral, sedangkan daerah penglihatan
perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi eksperimental pada binatang serta studi klinis
pada bayi dan balita, mendukung konsep adanya suatu periode kritis yang peka dalam
berkembangnya kondisi amblyopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem
penglihatan anak yang sensitif terhadap masukan abnormal yang diakibatkan oleh rangsangan
deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan.
3
Secara umum, periode kritis untuk amblyopia deprivasi terjadi lebih cepat disbanding
strabismus maupun anisometropia. Lebih lanjut, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya
amblyopia ketika periode kritis lebih singkat pada rangsang deprivasi dibandingkan strabismus
atau anisompetropia.
http://reader13.docslide.net/store13/html5/362015/557211fa497959fc0b8fd283/bg6.pngTabel 1. Perkembangan Penglihatan Milestones
Ambliopia sering tidak terdeteksi karena tidak bergejala, kecuali terdapat abnormalitas
pada mata anak tersebut. Anak-anak sering mengeluh penglihatan satu mata baik sedangkan
mata lainnya buruk. Oleh karena itu peran orang tua sangat dibutuhkan. Beberapa tanda pada
mata dengan ambliopia, seperti :
§ Berkurangnya penglihatan satu mata.
§ Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding.
§ Hilangnya sensitivitas kontra
§Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik.
§ Adanya anisokoria.
§ Tidak mempengaruhi penglihatan warna.
§ Biasanya daya akomodasi menurun.
§ Sering menutup satu mata bila membaca atau melihat papan tulis
§ Pada ERG dan EEG penderita ambliopia dapat normal yang berarti tidak terdapat kelainan
organik pada retina maupun korteks serebri.

Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
2. Press L, Coats D. 2004. Amblyopia. Harley Pediatric Ophtalmology fifth. Edition.
Philadelphia, Pennsylvania.
3. American Academy of Ophthalmology; Pediatric Ophthalmology; Chapter 5: Amblyopia;
Section 6; Basic dan Clinical Science Course; 2004 - 2005; p.63 –

MACAM MACAM KELAINAN REFRAKSI



Macam kelainan Refraksi

Sudah diketahui bahwa kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan pada mata yaitu dimana sinar sejajar yang jatuh ke bolamata kemudian dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital tidak tepat pada retina. Kelainan refraksi pada mata ( ametropia ) merupakan penyebab dari penurunan tajam penglihatan, ametropia ditetapkan dengan 3 ( tiga ) macam kelainan, yaitu :

  • Hypermetropia ( Hyperopia )
  • Myopia
  • Astigmat

Kelainan refraksi pada mata akan mengganggu aktifitas kehidupan sehari-hari, bahkan dapat menurunkan derajat sumber daya manusia. Kelainan refraksi mata hanya dapat ditanggulangi atau disempurnakan penglihatannya menggunakan media kacamata untuk mempertajam penglihatan.

Pada penderita kelainan refraksi mata biasanya ditandai dengan keluhan mata sering berair lebih dari normal, kadang-kadang pusing dibagian frontal yaitu disekitar bola mata, kadang disertai mata pedih dan rasa cepat lelah ketika untuk melihat obyek. 

Myopia ( Minus )


Pada kelainan myopia penderita akan mengalami keluhan utamanya adalah jika untuk melihat jauh kabur akan tetapi untuk melihat dekat lebih jelas, adapun keluhan yang lainnya kadang disertai pusing tidak begitu dirasakan kecuali power dioptri (ukuran) mata kanan dan mata kiri berbeda, dan tidak nyaman ketika melihat obyek. Kelainan myopia dapat dialami oleh anak-anak, orang dewasa, ataupun orang yang sudah tua. Ratio kelainan ini cenderung lebih banyak dibanding orang yang menderita kelainan refraksi lainnya. 
 
Pada myopia dikenal dengan berbagai jenis, yaitu : myopia axial (sumbu), myopia patologis, myopia school, myopia refraktif, myopia absolut, myopia maligna, serta psido myopia. Untuk myopia school banyak dijumpai pada masa usia sekolah dengan power dioptri rendah. Sedang myopia axial dijumpai pada semua usia dengan power dioptri tinggi, pada myopia axial biasanya adalah faktor hereditas.

Kedudukan fokus bayangan yang timbul pada kelainan myopia berdasarkan konsep refraksi statis yaitu dimana sinar-sinar sejajar yang masuk kebola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital akan terbentuk fokus bayangan satu titik didepan retina dalam keadaan akomodasi istirahat. Dalam kondisi tersebut biasanya penderita akan menyipitkan rima palpebra supaya terbentuk dept of focus sehingga titik focus yang tadinya jatuh di depan retina akan memanjang mendekati retina. Oleh karena itu ciri khas dari penderita myopia adalah sering mengernyitkan mata saat melihat jauh. Dalam pengertian lain dikatakan bahwa myopia merupakan suatu keadaan dimana jarak focus media refrakta lebih pendek dibandingkan sumbu orbitnya.



Menurut Aristoteles dan Galen secara harafiah kata myopia berasal dari kata “myen” yang berarti menutup (menyipitkan), sedang “ops” berarti mata. Jadi myopia artinya adalah menutup (menyipitkan) mata. Selain itu ada juga definisi tentang myopia menurut beberapa para ahli yaitu bahwa myopia disebut sebagai rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk melihat jauh, akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Dan juga myopia merupakan keadaan refraksi mata dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat akomodasi dibiaskan didepan retina, sehingga pada retina didapatkan bayangan kabur.

Gejala myopia

Gejala myopia menurut para ahli :

a.
Menurut Albert E. Sloane dalam buku Manual of Refraction, bahwa gejala myopia adalah sebagai berikut :
  • Gejala tunggal paling penting myopia adalah penglihatan jauh yang buram.
  • Sakit kepala jarang dialami meskipun ditunjukkan bahwa koreksi kesa-lahan myopia yang rendah membantu mengurangi sakit kepala akibat asthenopia (mata cepat lelah).
  • Ada kecenderungan pasien untuk memicingkan mata jika ia ingin melihat jauh, efek pinhole dari celah palpebra membuat ia melihat lebih jelas.
  • Penderita rabuin jauh biasanya suka membaca karena mudah bagi mereka sebagai spekulasi yang menarik.

b. Menurut Prof. Dr. Sidharta Ilyas dalam bukunya Kelainan Refraksi dan Kacamata, bahwa gejala myopia adalah :
  • Bahwa penderita myopia yang dikatakan sebagai rabun jauh akan mengatakan penglihatannya kabur juka melihat jauh dan hanya akan jelas jika pada jarak dekat.

Gejala myopia secara umum :
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa tanda dan gejala myopia antara lain adalah :
  • Pada saat membaca selalu mendekatkan benda yang dilihatnya dan saat melihat jauh selalu menyipitkan matanya.
  • Saat dilakukan test dengan uji bikromatik unit pasien akan melihat obyek dengan warna dasar merah lebih terang.
  • Bola mata agak menonjol
  • Biasanya penderita akan melihat titik-titik hitam atau benang-benang hitam (disebut floter) di lapang pandangnya .
  • Mata cepat lelah, berair, pusing, cepat mengantuk, atau biasanya disebut dengan asthenopia (mata cepat lelah).
  • COA ( Camera oculi anterior ) dalam, karena jarang dipakainya otot-otot akomodasi.
  • Pupil relatif lebih lebar akibat kurangnya akomodasi ( medriasis ).
  • Corpus vitreum cenderung keruh.
  • Kekeruhan di polus posterior lensa.
  • Menjulingkan mata.
  • Stafiloma posterior fundus tigroid di polus posterior retina
  • Pendarahan pada corpus vitreum.
  • Predisposisi untuk ablasi retina.
  • Atropi berupa kresen myopia.
  • Ekspresi melotot.

Klasifikasi myopia berdasarkan laju perubahan besarnya derajat refraksi anomaly secara klinik, antara lain :

a. Myopia simplex / stasioner / fisiologik
  • Biasanya timbul pada usia yang masih muda kemudian berhenti. Tetapi dapat juga naik sedikit kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit pada masa puber sampai sekitar umur 20 tahun. Besar dioptrinya kurang dari Spheris –5.00 Dioptri atau Spheris –6.00 Dioptri. Tetapi jika dikoreksi dengan lensa yang sesuai dapat mencapai tajam penglihatan normal.

b. Myopia progresif
  • Ditemukan pada segala umur. Pada keadaan ini terjadi kelainan fundus yang khas unutk myopia tinggi ( myopia lebih dari Spheris –6.00 D ).

c. Myopia maligna
  • Disebut juga myopia patologis/degeneratif karena disertai penuaan dari koroid dan bagian lain dalam bola mata ( lensa kristalin, coroid, badan siliar ).

Klasifikasi myopia berdasarkan faktor penyebab dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Myopia axial
  • Myopia axial ini dapat terjadi sejak lahir oleh karena faktor herediter, komplikasi penyakit lain seperti gondok, TBC, dan campak maupun karena konginetal. Selain itu juga bisa karena anak biasa membaca dalam jarak yang terlalu dekat sehingga mata luar dan polus posterior yang paling lemah dari bolamata memanjang. Orang yang berwajah lebar karena akan menyebabkan konvergensi berlebihan saat melakukan pekerjaan dekat, bendungan karena peradangan atau melemahnya lapisan yang mengelilingi bolamata disertai tekanan yang tinggi. Myopia ini dapat bertambah terus sampai dewasa.
  • Myopia axial merupakan suatu keadaan dimana jarak fokus media refrakta lebih pendek dibanding sumbu orbitnya. Namun dalam hal ini jarak fokus media refrakta normal ( 2.6 mm ) sedangkan jarak sumbu orbitnya > 22,6 mm. Menurut Plempius (1622) bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata disebabkan karena kelainan anatomis. Sedangkan Donders (1864) berpendapat bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata itu disebabkan oleh karena sering mendapatkan tekanan otot pada saat konvergensi. Sedangkan menurut Levinshon (1925) dikemukakan bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata itu disebabkan oleh karena sering melihat kebawah pada saat bekerja diruang tertutup sehingga terjadi peregangan pada bolamata, ini berkaitan dengan faktor gravitasi bumi.

b. Myopia refraktif
  • Pada myopia refraktif merupakan suatu keadaan dimana jarak fokus media refrakta lebih pendek dibandingkan sumbu orbital. Namun dalam hal ini sumbu orbital normal (22,6 mm) sedangkan jarak fokus media refrakta <>
Menurut Albert E. Sloane, myopia refraktif dapat terjadi karena :
  • Kornea terlalu melengkung.
  • Lensa kristalin terlalu cembung karena terlalu banyak cairan mata yang masuk ke lensa kristalin sehingga lensa keruh seperti katarak immatura, sehingga sinar yang masuk dibiaskan terlalu kuat.
  • Peningkatan index bias cairan bolamata (pada penderita Diabetus Melitus).
  • Menurut ilmu kedokteran bahwa myopia dapat disebabkan karena kurang gizi, kegemukan, gangguan endokrin, alergi, kekurangan zat kimia (seperti kalsium dan vitamin), over koreksi pada kacamata, dan memakai kacamata yang tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan/koreksi anomaly refraksi.
Klasifikasi myopia berdasarkan besarnya derajat refraksi anomaly, yaitu :
  • Myopia ringan : Spheris -0.25 Dioptri – Spheris -3.00 Dioptri
  • Myopya sedang: Spheris -3.25 Dioptri – Spheris -6.00 Dioptri
  • Myopia tinggi : > Spheris -6.00 Dioptri
Penanggulangan dan rehabilitasi myopia: a. Pemberian lensa spheris concave ( - )
  • Penderita myopia dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa spheris concave ( - ) yang terkecil/terlemah agar dapat menghasilkan tajam penglihatan terbaik. Karena dengan koreksi lensa spheris concave (-) terkecil orang myopia akan dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina tanpa akomodasi.
b. Pemakaian lensa kontak
  • Pada pemakaian lensa kontak harus melalui standar medis dan pemeriksaan secara medis. Karena resiko pemakaian lensa kontak cukup tinggi.
c. Pembedahan atau dilakukannya operasi. 1. Radial Keratotomy
  • Merupakan upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan cara membuat sayatan pada kornea.
2. Photorefractive Keratectomy
  • Yaitu upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan cara memotong permukaan depan kornea. Hal ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Excimer Laser.
3. LASIK
  • Singkatan dari Laser Assistet In-situ Keratomeuleosis, pada Lasik ini sebenarnya sama tujuannya dengan operasi yang lainnya yaitu mengurangi kelengkungan daripada kornea hanya saja berbeda dalam tehnis, yaitu lebih sempurna dengan menggunakan tehnis laser secara mutlak.

Hypermetropia ( Hyperopia ) / Mata Plus

Pada kelainan hypermetropia penderita akan mengalami keluhan utamanya adalah jika untuk melihat jauh kabur dan untuk melihat dekat juga kabur, adapun keluhan yang lainnya kadang disertai pusing dan tidak nyaman ketika melihat obyek. Kelainan hypermetropia dapat dialami oleh anak-anak, orang dewasa, ataupun orang yang sudah tua. Ratio kelainan ini cenderung sedikit dibanding orang yang menderita myopia.
Kedudukan fokus bayangan yang timbul pada kelainan hypermetropia berdasarkan konsep refraksi statis yaitu dimana sinar-sinar sejajar yang masuk kebola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital akan terbentuk fokus bayangan satu titik dibelakang retina.


Titik dekat pada hypermetropia lebih jauh daripada titik dekat mata normal, demikian juga titik jauhnya lebih jauh dari tak terhingga. Sesungguhnya sewaktu kecil atau saat baru lahir mata lebih kecil dan terjadi hypermetropia. Namun dengan bertambahnya usia oleh karena bolamata menjadi besar maka hypermetropia dapat berkurang atau bahkan mata menjadi normal.

Gejala hypermetropia
Gejala yang ditemukan pada penderita hypermetropia adalah
  • Penglihatan dekat dan jauh kabur.
  • Astenopia akomodasi ( mata cepat lelah terutama untuk melihat dekat
  • Sakit disekitar mata dan merasa pusing
  • Pengaruh aberasi kromatik pada penderita hypermetropia adalah daerah retina didominasi warna hijau, akibatnya akan melihat warna hijau lebih terang daripada warna merah
  • Esotropia ( juling kedalam yaitu ke arah nasal ), ini akibat dari bolamata yang selalu melakukan konvergensi.
  • Eksotropia ( juling keluar yaitu kearah temporal ), ini akibabt perbedaan de-rajat hypermetropia pada satu mata lebih tinggi daripada lainnya, dan mata yang pertama tidak dipergunakan sehingga mata menggulir kearah temporal.

Tanda-tanda hypermetropia
  • Bilik mata depan menjadi dangkal, karena iris terdorong kedepan akibat akomodasi yang terus menerus.
  • Pupil menjadi myosis ( keadaan pupil mengecil ).
  • Mata kelihatan lebih merah daripada mata normal.

Klasifikasi hypermetropia
Klasifikasi hypermetripia menurut faktor penyebab :

a. Hypermetropia axial
yaitu kelainan refraksi akibat bolamata atau sumbu mata anteroposterior yang pendek sehingga pembiasan sinar difokuskan dibelakang retina atau bintik kuning.

b. Hypermetropia refraktif

yaitu kelainan refraksi akibat dari pembiasan yang lemah, hal ini dapat disebabkan oleh :
  • kelengkungan kornea yang tidak normal.
  • lensa mata tidak secembung semula karena proses penuaan.
  • Tidak mempunyai lensa ( afakia pada pasca operasi katarak ).
  • Cairan mata pada penderita diabetus melitus, proses pengobatan yang dilakukan dapat menyebabkan humor aquos yang mengisi bilik mata mengandung kadar gula yang rendah sehingga daya biasnya berkurang.

Klasifikasi hypermetripia berdasarkan daya akomodasi :

1. Hypermetropia manifest
Hypermetropia manifest adalah hypermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata convex (+) maksimal yang dapat memberikan tajam penglihatan normal. Pemeriksaan ini dilakukan tanpa siklopegi. Kekuatannya sama dengan banyaknya akomodasi yang dihilangkan jika lensa spheris convex (+) diletakkan didepan mata.
Hypermetropia manifest dibedakan menjadi :

a. Hypermetropia fakultatif
  • Merupakan hyprmetropia yang masih dapat diatasi dengan akomodasi, saat melihat obyek dengan warna dasar hijau dan merah, penderita akan melihat sama terang. Bagaimanapun penglihatannya akan normal tanpa kacamata tetapi juga akan normal dengan lensa spheris convex (+) yang mengoreksi bagian kesalahan refraksi ini, sehingga otot akomodasinya akan mendapatkan istirahat.

b. Hypermetropia absolut
  • Merupakan hypermetropia yang tidak diimbangi dengan akomodasi, tajam penglihatan sebelum dikoreksi tidak mencapai 6/6 ( artinya: penderita tidak dapat melihat obyek pada jarak 6 meter yang orang normal dapat melihat obyek 6 meter )
2. Hypermetropia total
Hypermetropia total merupakan seluruh derajat hypermetropia yang didapat setelah akomodasi dihilangkan atau pada relaksasi dari otot siliaris, misalnya setelah pemberian siklopegi. Hasilnya lebih besar dari-pada hypermetripia manifest.

3. Hypermetropia laten
Merupakan perbedaan antara hypermetropia total dengan hypermetropia manifest. Hypermetropia laten sehari-hari diatasi pada penderita yang akomodasinya terus-menerus, terutama jika pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.

Klasifikasi hypermetripia berdasarkan besar derajat refraksi :
  1. Hypermetropia ringan : Spheris +0.25 Dioptri – Spheris +3.00 Dioptri
  2. Hypermetropia sedang : Spheris +3.25 Dioptri – Spheris +6.00 Dioptri
  3. Hypermetropia tinggi : > Spheris +6.00 Dioptri
Penanggulangan dan rehabilitasi hypermetropia

a. Pemberian lensa spheris convax (+)
  • Penderita hypermetropia dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa spheris convax (+) yang terbesar/terkuat agar dapat menghasilkan tajam penglihatan terbaik. (memakai kacamata plus kebanyakan orang bilang). Karena dengan koreksi lensa spheris convax (+) terkuat orang hypermetropia akan dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina.

b. Pemakaian lensa kontak
  • Pada pemakaian lensa kontak harus melalui standar medis dan pemeriksaan secara medis. Karena resiko pemakaian lensa kontak cukup tinggi.

c. Operasi LASIK ( Laser Asistet In-situ keratomeuleosis )
  • Pembedahan untuk merubah bentuk lengkung kornea dengan menggunakan teknologi laser.


Astigmat ( Mata Cylindris )

Astigmat atau Astigmatismus adalah suatu keadaan dimana sinar sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik. Hal ini disebabkan terdapatnya dua bidang ekstrim yang saling tegak lurus yang mempunyai kemampuan berbeda dalam membiaskan sinar sejajar tersebut.
Pada kelainan astigmat penderita akan mengalami keluhan utamanya adalah jika untuk melihat obyek akan terjadi bayangan ganda jika melihat dengan mata satu ( diplopia ), adapun keluhan yang lainnya kadang disertai pusing dan tidak nyaman ketika melihat obyek. Kelainan astigmat dapat dialami oleh anak-anak, orang dewasa, ataupun orang yang sudah tua. Ratio kelainan ini cenderung sedikit dibanding orang yang menderita myopia, tetapi lebih banyak dari pada orang yang menderita hypermetropia.



Faktor Penyebab Astigmatismus

Dari definisi astigmatismus, dapat diketahui bahwa kekuatan pembiasan yang tidak sama yang terjadi pada kornea dan lensa kristalin menyebabkan bayangan yang kabur yang terjadi pada penderita astigmatismus.

Pada umumnya salah satu meredian adalah meredian yang terkuat, dan meredian yang satunya adalah meredian yang terlemah. Sedangkan pada astigmatismus myopicus compositus merupakan salah satu dari beberapa macam kelainan astigmatismus dimana hasil pembiasan dari bidang meredian terkuat dan bidang meredian terlemahnya berada didepan retina, adapun penyebab terjadinya astigmatismus adalah :

1. Kornea
  • Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata. Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan konginetal, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta akibat pembedahan kornea.

2. Lensa Kristalin
  • Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakain berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus. Astigmatismus yang terjadi karena kelainan pada lensa kristalin ini disebut juga astigmatismus lentikuler.
Supaya dapat diketahui apakah penyebab astigmatismus disebabkan oleh karena adanya kelainan pada lensa kristalin atau kornea, salah satunya adalah dapat melihat dari hasil pemeriksaan refraksi subyektif yaitu dengan menggunakan alat test yang disebut cakram placido.

Gejala Astigmatismus

Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-gejala sebagai berikut :
  • Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.
  • Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
  • Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.
  • Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.
Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :
  • Sakit kepala pada bagian frontal.
  • Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.
Myopia ( minus ) dapat diklasifikasikan sebagai myopia simpleks dan myopia patologis. Miopia simpleks biasanya ringan dan myopia patalogis hamper selalu progresif. Keadaan ini biasanya diturunkan orang tua pada anaknya.

Myopia tinggi adalah salah sau penyebab kebutaan pada usia dibawah 40 tahun. Miopia tinggi adalah myopia dengan power 6 dioptri atau lebih.

Pendarita dengan power minus diatas 6 dioptri akan menyebabkan 3-4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi pada mata.

Myopia Tinggi dan Komplikasi pada Mata

Komplikasi mata yang dapat terjadi akibat Myopia tinggi:
  • Katarak subkapsular
  • Glaukoma
  • Degenerasi Makula
  • Robekan retina
  • Ablasio Retina
  • Perdarahan Retina/Vitreous

Mengapa myopia tingggi dapat menyebabkan Ablasio Retina ?
  • Biasanya penderita dengan myopia tinggi sering terjadi penipisan dan degenerasi didaerah perifer retinanya. Pengenceran cairan vitreus terjadi lebih awal.
  • Keadaan ini menyebabkan tingginya resiko kejadian robekan retina dan Ablasio Retina.
  • Keluhan yang harus diwaspadai adalah adanya bintik bintik mengapung (Floaters) dan Kilatan Cahaya?

Koreksi yang dapat dilakukan pada myopia :
  • Kacamata
  • Lenda Kotak
  • Laser (LASIK)
  • Operasi


Apa itu LASIK ?

LASIK adalah singkatan dari Laser Insitu Keratomileuisis? yang merupakan tindakan operasi Bedah Refraktif Mata.

Caranya adalah dengan membuat kornea, dibuka dan dilakukan ablasi laser pada stroma kornea, kemudian Flap? ditutup lagi tanpa jahitan.
Indikasinya adalah Miopia sampai 15D. Hiperopia sampai 5D dan astigmat sampai 4D. Indikasi ini sangat dipengaruhioleh ketebalan kornra sentral.

Keuntungan LASIK

prediksi lebih baik, lebih stabil, sakit sangat minimal,rehabilitasi penglihatan sangat cepat dan resiko kekeruhan kornea rendah.

Komplikasi yang dapat terjadi walaupun jarang, adalah

Over Correction Under Correction perletakan tak sempurna, problem penglihatan malam dan infeksi.

Apakah tindakan LASIK akan menyebabkan Komplikasi Retina ?

Sampai saat ini tidak terbukti adanya komplikasi retina akibat tindakan LASIK. Akan tetapi keadaan retina pada myopia tinggi tetap mempunyai resiko untuk terjadinya komplikasi, sehingga biasanya penderita myopia tinggi harus diperiksa secara rutin keadaan retina matanya untuk pemeriksaan dan tindakan pencegahan seperti laser profilaksis