Kamis, 10 November 2016

PROSES TERJADINYA AMBLIOPIA



Proses penglihatan mengalami perkembangan dimulai sejak bayi lahir. Terdapat beberapa
periode kritis untuk mencapai tingkat yang matang. Periode kritis pertama yang paling
menentukan ialah 6 bulan pertama kehidupan, kemudian sampai 2 tahun, berikutnya sampai 5
tahun. Sesudah 5 tahun masih ada perkembangan, tetapi sudah tidak begitu pesat lagi sampai usia 9 tahun. Selama masa ini sistem penglihatan peka terhadap faktor ambliopiogenik yaitu deprivasi
cahaya, kurang fokusnya alat optic dan strabismus. Hal ini dapat menyebabkan penurunan
ketajaman secara perlahan yang pada akhirnya menetap.

Sistem penglihatan saat lahir belum sempurna dengan tajam penglihatan 1 per tak
terhingga. Perkembangan tajam penglihatan berlangsung selama bulan pertama dalam
kehidupan. Retina, nervus optikus dan korteks visual mulai berkembang pada umur 1 minggu.
Mielinisasi saraf optic, perkembangan korteks visual dan pertumbuhan badan genikulatum lateral
berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan. Fovea yang merupakan bagian dari retina
yang paling sensitive, perkembangan sempurna pada umur 4 tahun. Rangsangan penglihatan
penting untuk perkembangan penglihatan normal. Perkembangan jaras penglihatan di system
saraf pusat membutuhkan otak yang menerima banyangan dengan jelas dan seimbang. Berbagai proses yang mempengaruhi atau menghambat perkembangan jarak penglihatan pada otak dapat menimbulkan ambliopia.
Amblyopia, dikenal juga dengan istilah "mata malas" (lazy eye), adalah masalah dalam
penglihatan yang memang hanya tentang 2 - 3% populasi, tapi bila dibiar – biarkan akan sangat merugikan nantinya untuk kehidupan si penderita. Amblyopia tidak dapat sembuh dengan sendirinya, dan amblyopia yang tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata yang baik itu timbul suatu penyakit atau trauma, maka penderita akan tergantung pada penglihatan buruk mata yang amblyopia, oleh karena itu amblyopia harus ditatalaksana segera.

Hampir seluruh amblyopia itu dapat dicegah dan bersifat reversibel dengan deteksi dini
dan intervensi yang tepat. Anak dengan amblyopia atau yang beresiko amblyopia hendaknya
dapat diidentifikasi pada usia dini, dimana prognosis keberhasilan terapi akan lebih baik
Amblyopia adalah penurunan ketajaman penglihatan, meskipun sudah diberi koreksi
yang terbaik, dapat unilateral atau bilateral (jarang) yang tidak dapat dihubungkan langsung
dengan kelainan struktural mata maupun jaras penglihatan posterior.
Angka prevalensi ambliopia di Amerika berkisar antara 1%- 3%. Diperkirakan sekitar 5,9
juta orang dengan ambliopia hidup di Amerika. Angka kejadian ambliopia lebih tinggi di negara
berkembang. The National Eye Instiute telah melaporkan bahwa ambliopia merupakan penyebab
terbanyak terjadinya kehilangan penglihatan unilateral pada pasien usia di bawah 7 tahun.
Prevalensi ambliopia tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Berdasarkan penelitian
terhadap 3.654 orang usia 49 tahun ke atas di Sydney, Australia, didapatkan diagnosis ambliopia
sebanyak 3,2%, dengan ketajaman penglihatan 20/40 atau kurang, dan 2,9 % dengan ketajaman
penglihatan 20/30.
2
Usia rata-rata kejadian ambliopia bervariasi tergantung pada penyebabnya. Pada 961
anak-anak dengan ambliopia, usia rata-rata munculnya anisometropik 5,6 tahun, strabismus 3,3
tahun, dan campuran 4,4 tahun. Batas usia teratas berkembangnya ambliopia pada anak yang
mengalami ambliopia dengan kondisi tertentu (seperti katarak traumatik) telah dilaporkan berada
pada usia antara 6 sampai 10 tahun.
Individu dengan ambliopia memiliki risiko tinggi untuk
penurunan penglihatan dan kebutaan. Penelitian terhadap 370 orang yang mengalami ambliopia
unilateral menderita kebutaan 1,2%.
2
Prevalensi ambliopia sebagai penyebab cacat penglihatan kira-kira sebesar 0,023%,
sehingga kira-kira 1,2 % (0,023% / 2 %) orang dengan ambliopia < 0,3 % akhirnya akan berakhir
dengan cacat penglihatan. Ambliopia bilateral ditemukan sebanyak 6,7 % yang seharusnya dapat
dicegah dengan deteksi dan terapi yang dini
http://reader13.docslide.net/store13/html5/362015/557211fa497959fc0b8fd283/bg5.png
Ambliopia dipercaya terjadi karena kurangnya rangsangan untuk meningkatkan
perkembangan penglihatan. Penyebab-penyebab ekstraneural seperti katarak, astigmatisme,
strabismus, atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, merupakan pemicu yang dapat
mengakibatkan penurunan fungsi visual pada orang yang sensitif. Derajat ringan beratnya
ambliopia ditentukan oleh lamanya penderita mengalami kurangnya rangsang untuk penglihatan
makula. Ambliopia yang ditemukan pada usia dibawah 6 tahun masih dapat dilakukan latihan
untuk perbaikan fungsi penglihatan. Oleh karena itu, sangat penting pemeriksaan kesehatan mata
anak sejak dini
Pada patofisiologi ambliopia, terdapat dua mekanisme penyebab yaitu nirpakai dan
supresi. Ambliopia nirpakai terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual retino-kortikal pada saat masa kritis perkembangan penglihatan, yaitu sebelum usia 9 tahun.

Ambliopia supresi terjadi pada tingkat kortikal dimana terdapat skotoma absolut pada penglihatan binokular untuk
mencegah diplopia pada mata yang juling, atau hambatan binokular pada bayangan retina yang
tidak jelas. Supresi tidak berhubungan dengan masa perkembangan penglihatan.
1
Pada amblyopia terdapat kerusakan penglihatan sentral, sedangkan daerah penglihatan
perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi eksperimental pada binatang serta studi klinis
pada bayi dan balita, mendukung konsep adanya suatu periode kritis yang peka dalam
berkembangnya kondisi amblyopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem
penglihatan anak yang sensitif terhadap masukan abnormal yang diakibatkan oleh rangsangan
deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan.
3
Secara umum, periode kritis untuk amblyopia deprivasi terjadi lebih cepat disbanding
strabismus maupun anisometropia. Lebih lanjut, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya
amblyopia ketika periode kritis lebih singkat pada rangsang deprivasi dibandingkan strabismus
atau anisompetropia.
http://reader13.docslide.net/store13/html5/362015/557211fa497959fc0b8fd283/bg6.pngTabel 1. Perkembangan Penglihatan Milestones
Ambliopia sering tidak terdeteksi karena tidak bergejala, kecuali terdapat abnormalitas
pada mata anak tersebut. Anak-anak sering mengeluh penglihatan satu mata baik sedangkan
mata lainnya buruk. Oleh karena itu peran orang tua sangat dibutuhkan. Beberapa tanda pada
mata dengan ambliopia, seperti :
§ Berkurangnya penglihatan satu mata.
§ Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding.
§ Hilangnya sensitivitas kontra
§Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik.
§ Adanya anisokoria.
§ Tidak mempengaruhi penglihatan warna.
§ Biasanya daya akomodasi menurun.
§ Sering menutup satu mata bila membaca atau melihat papan tulis
§ Pada ERG dan EEG penderita ambliopia dapat normal yang berarti tidak terdapat kelainan
organik pada retina maupun korteks serebri.

Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
2. Press L, Coats D. 2004. Amblyopia. Harley Pediatric Ophtalmology fifth. Edition.
Philadelphia, Pennsylvania.
3. American Academy of Ophthalmology; Pediatric Ophthalmology; Chapter 5: Amblyopia;
Section 6; Basic dan Clinical Science Course; 2004 - 2005; p.63 –

1 komentar:

  1. Tania and Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania
    Tania titanium cerakote of Tania of titanium gr 2 Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania micro titanium trim of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of Tania of titanium teeth k9 Tania of Tania of Tania of Tania titanium alloy of Tania of Tania of Tania of Tania

    BalasHapus