Macam kelainan Refraksi
Sudah diketahui bahwa kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan pada mata yaitu dimana sinar sejajar yang jatuh ke bolamata kemudian dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital tidak tepat pada retina. Kelainan refraksi pada mata ( ametropia ) merupakan penyebab dari penurunan tajam penglihatan, ametropia ditetapkan dengan 3 ( tiga ) macam kelainan, yaitu :
Sudah diketahui bahwa kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan pada mata yaitu dimana sinar sejajar yang jatuh ke bolamata kemudian dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu orbital tidak tepat pada retina. Kelainan refraksi pada mata ( ametropia ) merupakan penyebab dari penurunan tajam penglihatan, ametropia ditetapkan dengan 3 ( tiga ) macam kelainan, yaitu :
- Hypermetropia ( Hyperopia )
- Myopia
- Astigmat
Kelainan refraksi pada mata akan
mengganggu aktifitas kehidupan sehari-hari, bahkan dapat menurunkan derajat
sumber daya manusia. Kelainan refraksi mata hanya dapat ditanggulangi atau
disempurnakan penglihatannya menggunakan media kacamata untuk mempertajam
penglihatan.
Pada penderita kelainan refraksi mata biasanya ditandai dengan keluhan mata sering berair lebih dari normal, kadang-kadang pusing dibagian frontal yaitu disekitar bola mata, kadang disertai mata pedih dan rasa cepat lelah ketika untuk melihat obyek.
Pada penderita kelainan refraksi mata biasanya ditandai dengan keluhan mata sering berair lebih dari normal, kadang-kadang pusing dibagian frontal yaitu disekitar bola mata, kadang disertai mata pedih dan rasa cepat lelah ketika untuk melihat obyek.
Myopia ( Minus )
Pada kelainan myopia
penderita akan mengalami keluhan utamanya adalah jika untuk melihat jauh kabur
akan tetapi untuk melihat dekat lebih jelas, adapun keluhan yang lainnya kadang
disertai pusing tidak begitu dirasakan kecuali power dioptri (ukuran) mata
kanan dan mata kiri berbeda, dan tidak nyaman ketika melihat obyek. Kelainan myopia
dapat dialami oleh anak-anak, orang dewasa, ataupun orang yang sudah tua. Ratio
kelainan ini cenderung lebih banyak dibanding orang yang menderita kelainan
refraksi lainnya.
Pada myopia dikenal dengan berbagai
jenis, yaitu : myopia axial (sumbu), myopia patologis, myopia
school, myopia refraktif, myopia absolut, myopia maligna,
serta psido myopia. Untuk myopia school banyak dijumpai pada masa
usia sekolah dengan power dioptri rendah. Sedang myopia axial dijumpai pada
semua usia dengan power dioptri tinggi, pada myopia axial biasanya
adalah faktor hereditas.
Kedudukan fokus bayangan yang timbul
pada kelainan myopia berdasarkan konsep refraksi statis yaitu dimana
sinar-sinar sejajar yang masuk kebola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam
sumbu orbital akan terbentuk fokus bayangan satu titik didepan retina dalam
keadaan akomodasi istirahat. Dalam kondisi tersebut biasanya penderita akan
menyipitkan rima palpebra supaya terbentuk dept of focus sehingga
titik focus yang tadinya jatuh di depan retina akan memanjang mendekati retina.
Oleh karena itu ciri khas dari penderita myopia adalah sering mengernyitkan
mata saat melihat jauh. Dalam pengertian lain dikatakan bahwa myopia merupakan
suatu keadaan dimana jarak focus media refrakta lebih pendek dibandingkan sumbu
orbitnya.
Menurut Aristoteles dan Galen secara harafiah kata myopia berasal dari kata “myen” yang berarti menutup (menyipitkan), sedang “ops” berarti mata. Jadi myopia artinya adalah menutup (menyipitkan) mata. Selain itu ada juga definisi tentang myopia menurut beberapa para ahli yaitu bahwa myopia disebut sebagai rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk melihat jauh, akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Dan juga myopia merupakan keadaan refraksi mata dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat akomodasi dibiaskan didepan retina, sehingga pada retina didapatkan bayangan kabur.
Gejala myopia
Gejala myopia menurut para ahli :
a. Menurut Albert E. Sloane dalam buku Manual of Refraction, bahwa gejala myopia adalah sebagai berikut :
- Gejala tunggal paling penting myopia adalah penglihatan jauh yang buram.
- Sakit kepala jarang dialami meskipun ditunjukkan bahwa koreksi kesa-lahan myopia yang rendah membantu mengurangi sakit kepala akibat asthenopia (mata cepat lelah).
- Ada kecenderungan pasien untuk memicingkan mata jika ia ingin melihat jauh, efek pinhole dari celah palpebra membuat ia melihat lebih jelas.
- Penderita rabuin jauh biasanya suka membaca karena mudah bagi mereka sebagai spekulasi yang menarik.
b. Menurut Prof. Dr. Sidharta Ilyas
dalam bukunya Kelainan Refraksi dan Kacamata, bahwa gejala myopia adalah
:
- Bahwa penderita myopia yang dikatakan sebagai rabun jauh akan mengatakan penglihatannya kabur juka melihat jauh dan hanya akan jelas jika pada jarak dekat.
Gejala myopia secara umum :
Dari definisi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa tanda dan gejala myopia antara lain adalah :
- Pada saat membaca selalu mendekatkan benda yang dilihatnya dan saat melihat jauh selalu menyipitkan matanya.
- Saat dilakukan test dengan uji bikromatik unit pasien akan melihat obyek dengan warna dasar merah lebih terang.
- Bola mata agak menonjol
- Biasanya penderita akan melihat titik-titik hitam atau benang-benang hitam (disebut floter) di lapang pandangnya .
- Mata cepat lelah, berair, pusing, cepat mengantuk, atau biasanya disebut dengan asthenopia (mata cepat lelah).
- COA ( Camera oculi anterior ) dalam, karena jarang dipakainya otot-otot akomodasi.
- Pupil relatif lebih lebar akibat kurangnya akomodasi ( medriasis ).
- Corpus vitreum cenderung keruh.
- Kekeruhan di polus posterior lensa.
- Menjulingkan mata.
- Stafiloma posterior fundus tigroid di polus posterior retina
- Pendarahan pada corpus vitreum.
- Predisposisi untuk ablasi retina.
- Atropi berupa kresen myopia.
- Ekspresi melotot.
Klasifikasi myopia berdasarkan laju perubahan besarnya derajat refraksi anomaly secara klinik, antara lain :
a. Myopia simplex / stasioner / fisiologik
- Biasanya timbul pada usia yang masih muda kemudian berhenti. Tetapi dapat juga naik sedikit kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit pada masa puber sampai sekitar umur 20 tahun. Besar dioptrinya kurang dari Spheris –5.00 Dioptri atau Spheris –6.00 Dioptri. Tetapi jika dikoreksi dengan lensa yang sesuai dapat mencapai tajam penglihatan normal.
b. Myopia progresif
- Ditemukan pada segala umur. Pada keadaan ini terjadi kelainan fundus yang khas unutk myopia tinggi ( myopia lebih dari Spheris –6.00 D ).
c. Myopia maligna
- Disebut juga myopia patologis/degeneratif karena disertai penuaan dari koroid dan bagian lain dalam bola mata ( lensa kristalin, coroid, badan siliar ).
Klasifikasi myopia berdasarkan faktor penyebab dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Myopia axial
- Myopia axial ini dapat terjadi sejak lahir oleh karena faktor herediter, komplikasi penyakit lain seperti gondok, TBC, dan campak maupun karena konginetal. Selain itu juga bisa karena anak biasa membaca dalam jarak yang terlalu dekat sehingga mata luar dan polus posterior yang paling lemah dari bolamata memanjang. Orang yang berwajah lebar karena akan menyebabkan konvergensi berlebihan saat melakukan pekerjaan dekat, bendungan karena peradangan atau melemahnya lapisan yang mengelilingi bolamata disertai tekanan yang tinggi. Myopia ini dapat bertambah terus sampai dewasa.
- Myopia axial merupakan suatu keadaan dimana jarak fokus media refrakta lebih pendek dibanding sumbu orbitnya. Namun dalam hal ini jarak fokus media refrakta normal ( 2.6 mm ) sedangkan jarak sumbu orbitnya > 22,6 mm. Menurut Plempius (1622) bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata disebabkan karena kelainan anatomis. Sedangkan Donders (1864) berpendapat bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata itu disebabkan oleh karena sering mendapatkan tekanan otot pada saat konvergensi. Sedangkan menurut Levinshon (1925) dikemukakan bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata itu disebabkan oleh karena sering melihat kebawah pada saat bekerja diruang tertutup sehingga terjadi peregangan pada bolamata, ini berkaitan dengan faktor gravitasi bumi.
b. Myopia refraktif
- Pada myopia refraktif merupakan suatu keadaan dimana jarak fokus media refrakta lebih pendek dibandingkan sumbu orbital. Namun dalam hal ini sumbu orbital normal (22,6 mm) sedangkan jarak fokus media refrakta <>
Menurut Albert E. Sloane, myopia
refraktif dapat terjadi karena :
- Kornea terlalu melengkung.
- Lensa kristalin terlalu cembung karena terlalu banyak cairan mata yang masuk ke lensa kristalin sehingga lensa keruh seperti katarak immatura, sehingga sinar yang masuk dibiaskan terlalu kuat.
- Peningkatan index bias cairan bolamata (pada penderita Diabetus Melitus).
- Menurut ilmu kedokteran bahwa myopia dapat disebabkan karena kurang gizi, kegemukan, gangguan endokrin, alergi, kekurangan zat kimia (seperti kalsium dan vitamin), over koreksi pada kacamata, dan memakai kacamata yang tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan/koreksi anomaly refraksi.
Klasifikasi myopia berdasarkan
besarnya derajat refraksi anomaly, yaitu :
- Myopia ringan : Spheris -0.25 Dioptri – Spheris -3.00 Dioptri
- Myopya sedang: Spheris -3.25 Dioptri – Spheris -6.00 Dioptri
- Myopia tinggi : > Spheris -6.00 Dioptri
Penanggulangan dan rehabilitasi myopia: a. Pemberian lensa spheris concave ( -
)
- Penderita myopia dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa spheris concave ( - ) yang terkecil/terlemah agar dapat menghasilkan tajam penglihatan terbaik. Karena dengan koreksi lensa spheris concave (-) terkecil orang myopia akan dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina tanpa akomodasi.
b. Pemakaian lensa kontak
- Pada pemakaian lensa kontak harus melalui standar medis dan pemeriksaan secara medis. Karena resiko pemakaian lensa kontak cukup tinggi.
c. Pembedahan atau dilakukannya
operasi.
1.
Radial Keratotomy
- Merupakan upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan cara membuat sayatan pada kornea.
2. Photorefractive Keratectomy
- Yaitu upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan cara memotong permukaan depan kornea. Hal ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Excimer Laser.
3. LASIK
- Singkatan dari Laser Assistet In-situ Keratomeuleosis, pada Lasik ini sebenarnya sama tujuannya dengan operasi yang lainnya yaitu mengurangi kelengkungan daripada kornea hanya saja berbeda dalam tehnis, yaitu lebih sempurna dengan menggunakan tehnis laser secara mutlak.
Hypermetropia ( Hyperopia ) / Mata Plus
Pada kelainan hypermetropia penderita akan mengalami
keluhan utamanya adalah jika untuk melihat jauh kabur dan untuk melihat dekat
juga kabur, adapun keluhan yang lainnya kadang disertai pusing dan tidak nyaman
ketika melihat obyek. Kelainan hypermetropia dapat dialami oleh
anak-anak, orang dewasa, ataupun orang yang sudah tua. Ratio kelainan ini
cenderung sedikit dibanding orang yang menderita myopia.
Kedudukan fokus bayangan yang timbul
pada kelainan hypermetropia berdasarkan konsep refraksi statis yaitu dimana
sinar-sinar sejajar yang masuk kebola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam
sumbu orbital akan terbentuk fokus bayangan satu titik dibelakang retina.
Titik dekat pada hypermetropia lebih
jauh daripada titik dekat mata normal, demikian juga titik jauhnya lebih jauh
dari tak terhingga. Sesungguhnya sewaktu kecil atau saat baru lahir mata lebih
kecil dan terjadi hypermetropia. Namun dengan bertambahnya usia oleh karena
bolamata menjadi besar maka hypermetropia dapat berkurang atau bahkan mata
menjadi normal.
Gejala hypermetropia
Gejala yang ditemukan pada penderita
hypermetropia adalah
- Penglihatan dekat dan jauh kabur.
- Astenopia akomodasi ( mata cepat lelah terutama untuk melihat dekat
- Sakit disekitar mata dan merasa pusing
- Pengaruh aberasi kromatik pada penderita hypermetropia adalah daerah retina didominasi warna hijau, akibatnya akan melihat warna hijau lebih terang daripada warna merah
- Esotropia ( juling kedalam yaitu ke arah nasal ), ini akibat dari bolamata yang selalu melakukan konvergensi.
- Eksotropia ( juling keluar yaitu kearah temporal ), ini akibabt perbedaan de-rajat hypermetropia pada satu mata lebih tinggi daripada lainnya, dan mata yang pertama tidak dipergunakan sehingga mata menggulir kearah temporal.
Tanda-tanda hypermetropia
- Bilik mata depan menjadi dangkal, karena iris terdorong kedepan akibat akomodasi yang terus menerus.
- Pupil menjadi myosis ( keadaan pupil mengecil ).
- Mata kelihatan lebih merah daripada mata normal.
Klasifikasi hypermetropia
Klasifikasi hypermetripia menurut
faktor penyebab :
a. Hypermetropia axial
yaitu kelainan refraksi akibat bolamata atau sumbu mata anteroposterior yang pendek sehingga pembiasan sinar difokuskan dibelakang retina atau bintik kuning.
b. Hypermetropia refraktif
yaitu kelainan refraksi akibat dari pembiasan yang lemah, hal ini dapat disebabkan oleh :
yaitu kelainan refraksi akibat bolamata atau sumbu mata anteroposterior yang pendek sehingga pembiasan sinar difokuskan dibelakang retina atau bintik kuning.
b. Hypermetropia refraktif
yaitu kelainan refraksi akibat dari pembiasan yang lemah, hal ini dapat disebabkan oleh :
- kelengkungan kornea yang tidak normal.
- lensa mata tidak secembung semula karena proses penuaan.
- Tidak mempunyai lensa ( afakia pada pasca operasi katarak ).
- Cairan mata pada penderita diabetus melitus, proses pengobatan yang dilakukan dapat menyebabkan humor aquos yang mengisi bilik mata mengandung kadar gula yang rendah sehingga daya biasnya berkurang.
Klasifikasi hypermetripia berdasarkan daya akomodasi :
1. Hypermetropia manifest
Hypermetropia manifest adalah hypermetropia yang dapat
dikoreksi dengan kacamata convex (+) maksimal yang dapat memberikan tajam
penglihatan normal. Pemeriksaan ini dilakukan tanpa siklopegi. Kekuatannya sama
dengan banyaknya akomodasi yang dihilangkan jika lensa spheris convex (+)
diletakkan didepan mata.
Hypermetropia manifest dibedakan menjadi :
a. Hypermetropia fakultatif
- Merupakan hyprmetropia yang masih dapat diatasi dengan akomodasi, saat melihat obyek dengan warna dasar hijau dan merah, penderita akan melihat sama terang. Bagaimanapun penglihatannya akan normal tanpa kacamata tetapi juga akan normal dengan lensa spheris convex (+) yang mengoreksi bagian kesalahan refraksi ini, sehingga otot akomodasinya akan mendapatkan istirahat.
b. Hypermetropia absolut
- Merupakan hypermetropia yang tidak diimbangi dengan akomodasi, tajam penglihatan sebelum dikoreksi tidak mencapai 6/6 ( artinya: penderita tidak dapat melihat obyek pada jarak 6 meter yang orang normal dapat melihat obyek 6 meter )
2. Hypermetropia total
Hypermetropia total merupakan seluruh derajat hypermetropia
yang didapat setelah akomodasi dihilangkan atau pada relaksasi dari otot siliaris,
misalnya setelah pemberian siklopegi. Hasilnya lebih besar dari-pada hypermetripia
manifest.
3. Hypermetropia laten
Merupakan perbedaan antara hypermetropia total dengan hypermetropia manifest. Hypermetropia laten sehari-hari diatasi pada penderita yang akomodasinya terus-menerus, terutama jika pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
Merupakan perbedaan antara hypermetropia total dengan hypermetropia manifest. Hypermetropia laten sehari-hari diatasi pada penderita yang akomodasinya terus-menerus, terutama jika pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
Klasifikasi hypermetripia
berdasarkan besar derajat refraksi :
- Hypermetropia ringan : Spheris +0.25 Dioptri – Spheris +3.00 Dioptri
- Hypermetropia sedang : Spheris +3.25 Dioptri – Spheris +6.00 Dioptri
- Hypermetropia tinggi : > Spheris +6.00 Dioptri
Penanggulangan dan rehabilitasi hypermetropia
a. Pemberian lensa spheris convax (+)
a. Pemberian lensa spheris convax (+)
- Penderita hypermetropia dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa spheris convax (+) yang terbesar/terkuat agar dapat menghasilkan tajam penglihatan terbaik. (memakai kacamata plus kebanyakan orang bilang). Karena dengan koreksi lensa spheris convax (+) terkuat orang hypermetropia akan dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina.
b. Pemakaian lensa kontak
- Pada pemakaian lensa kontak harus melalui standar medis dan pemeriksaan secara medis. Karena resiko pemakaian lensa kontak cukup tinggi.
c. Operasi LASIK ( Laser Asistet In-situ keratomeuleosis )
- Pembedahan untuk merubah bentuk lengkung kornea dengan menggunakan teknologi laser.
Astigmat (
Mata Cylindris )
Astigmat atau Astigmatismus adalah suatu keadaan dimana sinar
sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan
sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik. Hal ini disebabkan
terdapatnya dua bidang ekstrim yang saling tegak lurus yang mempunyai kemampuan
berbeda dalam membiaskan sinar sejajar tersebut.
Pada kelainan astigmat
penderita akan mengalami keluhan utamanya adalah jika untuk melihat obyek akan
terjadi bayangan ganda jika melihat dengan mata satu ( diplopia ), adapun
keluhan yang lainnya kadang disertai pusing dan tidak nyaman ketika melihat
obyek. Kelainan astigmat dapat dialami oleh anak-anak, orang dewasa,
ataupun orang yang sudah tua. Ratio kelainan ini cenderung sedikit dibanding
orang yang menderita myopia, tetapi lebih banyak dari pada orang yang
menderita hypermetropia.
Faktor Penyebab Astigmatismus
Dari definisi astigmatismus, dapat
diketahui bahwa kekuatan pembiasan yang tidak sama yang terjadi pada kornea dan
lensa kristalin menyebabkan bayangan yang kabur yang terjadi pada penderita
astigmatismus.
Pada umumnya salah satu meredian
adalah meredian yang terkuat, dan meredian yang satunya adalah meredian yang
terlemah. Sedangkan pada astigmatismus myopicus compositus merupakan salah satu
dari beberapa macam kelainan astigmatismus dimana hasil pembiasan dari bidang
meredian terkuat dan bidang meredian terlemahnya berada didepan retina, adapun
penyebab terjadinya astigmatismus adalah :
1. Kornea
- Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata. Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan konginetal, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta akibat pembedahan kornea.
2. Lensa Kristalin
- Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakain berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus. Astigmatismus yang terjadi karena kelainan pada lensa kristalin ini disebut juga astigmatismus lentikuler.
Supaya dapat diketahui apakah
penyebab astigmatismus disebabkan oleh karena adanya kelainan pada lensa
kristalin atau kornea, salah satunya adalah dapat melihat dari hasil
pemeriksaan refraksi subyektif yaitu dengan menggunakan alat test yang disebut cakram
placido.
Gejala Astigmatismus
Pada umunya, seseorang yang
menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-gejala sebagai berikut
:
- Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.
- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.
- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.
Sedang pada penderita astigmatismus
rendah, biasa ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :
- Sakit kepala pada bagian frontal.
- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.
Myopia ( minus ) dapat diklasifikasikan sebagai myopia
simpleks dan myopia patologis. Miopia simpleks biasanya ringan dan myopia
patalogis hamper selalu progresif. Keadaan ini biasanya diturunkan orang tua
pada anaknya.
Myopia tinggi adalah salah sau penyebab kebutaan pada usia dibawah 40 tahun. Miopia tinggi adalah myopia dengan power 6 dioptri atau lebih.
Pendarita dengan power minus diatas 6 dioptri akan menyebabkan 3-4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi pada mata.
Myopia Tinggi dan Komplikasi pada Mata
Komplikasi mata yang dapat terjadi akibat Myopia tinggi:
Myopia tinggi adalah salah sau penyebab kebutaan pada usia dibawah 40 tahun. Miopia tinggi adalah myopia dengan power 6 dioptri atau lebih.
Pendarita dengan power minus diatas 6 dioptri akan menyebabkan 3-4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi pada mata.
Myopia Tinggi dan Komplikasi pada Mata
Komplikasi mata yang dapat terjadi akibat Myopia tinggi:
- Katarak subkapsular
- Glaukoma
- Degenerasi Makula
- Robekan retina
- Ablasio Retina
- Perdarahan Retina/Vitreous
Mengapa myopia tingggi dapat menyebabkan Ablasio Retina ?
- Biasanya penderita dengan myopia tinggi sering terjadi penipisan dan degenerasi didaerah perifer retinanya. Pengenceran cairan vitreus terjadi lebih awal.
- Keadaan ini menyebabkan tingginya resiko kejadian robekan retina dan Ablasio Retina.
- Keluhan yang harus diwaspadai adalah adanya bintik bintik mengapung (Floaters) dan Kilatan Cahaya?
Koreksi yang dapat dilakukan pada myopia :
- Kacamata
- Lenda Kotak
- Laser (LASIK)
- Operasi
Apa itu LASIK ?
LASIK adalah singkatan dari Laser Insitu Keratomileuisis? yang merupakan tindakan operasi Bedah Refraktif Mata.
Caranya adalah dengan membuat kornea, dibuka dan dilakukan ablasi laser pada stroma kornea, kemudian Flap? ditutup lagi tanpa jahitan.
Indikasinya adalah Miopia sampai 15D. Hiperopia sampai 5D dan astigmat sampai 4D. Indikasi ini sangat dipengaruhioleh ketebalan kornra sentral.
Keuntungan LASIK
prediksi lebih baik, lebih stabil, sakit sangat minimal,rehabilitasi penglihatan sangat cepat dan resiko kekeruhan kornea rendah.
Komplikasi yang dapat terjadi walaupun jarang, adalah
Over Correction Under Correction perletakan tak sempurna, problem penglihatan malam dan infeksi.
Apakah tindakan LASIK akan menyebabkan Komplikasi Retina ?
Sampai saat ini tidak terbukti adanya komplikasi retina akibat tindakan LASIK. Akan tetapi keadaan retina pada myopia tinggi tetap mempunyai resiko untuk terjadinya komplikasi, sehingga biasanya penderita myopia tinggi harus diperiksa secara rutin keadaan retina matanya untuk pemeriksaan dan tindakan pencegahan seperti laser profilaksis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar